Viabilitas Kudeta di Zaman Informasi
Kudeta adalah perebutan kekuasaan suatu pemerintahan. Kudeta bisa terjadi secara tidak berdarah, namun bisa juga pecah menjadi perang sipil atau perang saudara. Kudeta biasanya dilakukan oleh orang dalam pemerintahan itu sendiri dimana apparatus pemerintahan seperti militer, kepolisian, serta departemen komunikasi/propaganda diarahkan untuk melawan pemerintahan itu sendiri. Berbeda dengan revolusi yang dilakukan oleh orang luar pemerintahan & berbasis grassroot. Perbedaan lain adalah revolusi biasanya berlandaskan ide tertentu sedangkan kudeta pada dasarnya hanyalah perebutan kekuasaan. Apakah perebutan kekuasaan tersebut dilandaskan ide tertentu atau hanya murni ambisi semata tidak relevan.
Warisan dari perang dingin juga membuat perbedaan kudeta & revolusi semakin kontras. Kudeta biasa dihubungkan dengan pergantian kekuasaan yang dilakukan oleh orang – orang sayap kanan sedangkan revolusi dilakukan oleh orang – orang sayap kiri. Viabilitas revolusi dari zaman revolusi perancis sampai sekarang sudah semakin berkurang namun masih merupakan option yang valid dengan dilihatnya hasil revolusi di negara – negara arab dalam Arab Spring ataupun Reformasi di Indonesia, meskipun keberhasilan dari revolusi selalu dipertanyakan. Mulai dari revolusi Perancis yang ingin menghapuskan monarki namun tak lama menjadikan Napoleon sebagai kaisarnya, revolusi Oktober Russia yang ingin menjadikan negara Russia sebagai negara komunis yang adil & sama rata namun hanya menghasilkan negara yang otoriter, Arab Spring yang berujung pada pemerintahan militer & kebangkitan kembali elemen radikal Islam dan secara tidak langsung mempunyai peran dalam munculnya ISIS disaat ini.
Namun dibandingkan revolusi yang terkesan simple dan berfokus kepada mobilisasi massa, kudeta sangatlah kompleks dan butuh faktor internal & external pemerintahan negara yang ingin ditumbangkan. Kudeta harus mencoba merekrut para petingi pemerintahan yang ingin dilawan. Proses perekrutan ini sangat berbahaya karena para petinggi pemerintahan yang ingin direkrut tersebut bisa saja jadi mengetahui adanya rencana kudeta dan kemudian mengambil langkah untuk menghancurkan kudeta tersebut. Konspirator kudeta juga harus memikirkan di pihak mana rakyat berada.
Berbagai kudeta yang terjadi pada perang dingin melibatkan militer atau bagian intellijen negara yang secara cepat menguasai bagian – bagian penting suatu negara seperti pusat pemerintahan, penangkapan pemimpin pemerintahan, serta kantor berita negara tersebut. Namun apakah kudeta masih menjadi pilihan pada zaman informasi?
Pertama kudeta membutuhkan komunikasi serta kerahasiaan. Pada zaman ini komunikasi sudah semakin mudah. Namun elemen ini layaknya pisau berbilah dua, karena di satu sisi bisa membantu para konspirator, di sisi lain juga bisa membantu pemerintahan bertindak ketika para konspirator menjalan aksi mereka. Perebutan tempat strategis secara cepat & tanpa sepengetahuan pusat pemerintahan akan menjadi sulit, jika tidak mungkin. Kantor berita negara tersebut juga berkurang nilai strategis nya karena penyebaran berita bisa dilakukan lewat cara lain selain dari kantor berita tersebut.
Elemen lainnya adalah kerahasiaan. Di zaman sekarang, kerahasiaan sudah hampir tidak ada. Semua jalur komunikasi bisa dilacak & dicari tahu sumbernya. Komunikasi melalui internet bisa dilacak melalui IP dan ISP, Handphone bisa dilacak melalui nomor telefon ataupun kartu telefon, dan perkembangan apparatus intelijen negara yang dibantu oleh teknologi yang semakin canggih pun menyulitkan kerahasiaan bagi para konspirator.
Kesimpulannya, aksi kudeta tak berdarah sudah tidak mungkin atau mustahil dilakukan di zaman informasi. Mudahnya komunikasi serta transparitas informasi memungkinkan aksi para konspirator menjadi mudah ditemukan oleh pemerintahan. Faktor internal seperti keberpihakan rakyat pun menjadi tidak relevan. Seandainya rakyat membenci pemerintahan yang ada, akhirnya akan tercipta revolusi, bukan kudeta yang sempurna. Faktor external seperti bantuan negara lain pun akan mengubah jalannya kudeta. Kudeta bisa diintervensi negara asing yang pro pemerintahan tersebut ataupun dibantu negara yang pro dengan konspirator. Namun intervensi negara asing pun tidak bisa diandalkan dan bisa berujung dengan perang seperti invasi teluk babi yang dilakukan CIA untuk menjatuhkan pemerintahan Fidel Castro di Kuba. Akhirnya kudeta akan berujung ke perang dan inilah yang membuat kudeta tidak lagi menjadi pilihan yang menarik bagi para perebut kekuasaan.
Sumber
Coup d’Etat - Edward Luttwak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar