Sabtu, 02 Januari 2016

Kondisi Turki - Russia


Kondisi Turki dan Russia
Kondisi Turki dan Russia semakin panas. Usai jatuhnya Jet Russia yang ditembak Turki, sekarang kapal perang Russia hampir bertabrakan dengan kapal Turki. Setelah Ukraina baru selesai dan masih berkobarnya perang melawan ISIS, akan ada kemungkinan perang baru antara Russia dengan Turki yang dibantu NATO. Namun mari kita bahas dari awal mengapa kondisi negara tersebut bisa sepanas sekarang.
Russia ketika dipimpin Vladimir Putin menjadi negara yang cukup agressif. Dari perebutan Crimea, perang proxy di Ukraina, sampai kondisi sekarang ini. Russia memang merupakan sekutu dari rezim Assad di Syria, dan Russia mempunyai pelabuhan disana yang diberikan oleh Assad untuk keperluan strategis negara Russia.
Namun rezim Assad mulai tumbang diserang ISIS. Assad, bersama beberapa pemimpin perang Kurdish terus bertahan melawan ISIS. Tapi mengapa Turki yang bertetangga dengan Syria dan mempunyai militer yang cukup tangguh tidak ikut berperang melawan ISIS? Jawabannya karena Turki sudah 30 tahun berperang dengan kelompok radikal Kurdish, PKK. PKK dan rezim Assad inilah yang sedang berperang melawan ISIS
Beberapa sumber menyatakan kalau Turki ikut membantu ISIS. Meskipun berita tersebut masih kabar burung, yang jelas Turki membiarkan ribuan orang datang ke Turki dan pergi ke Iraq dan Syria untuk bergabung dengan ISIS. Turki juga membiarkan kota – kota di perbatasan Syria – Turki diserbu oleh ISIS. Ini dikarenakan tempat – tempat tersebut dipertahankan oleh PKK, musuh lama Turki.
Untuk membela rezim Assad, Russia pun melakukan serangan dari udara yang menghancurkan posisi ISIS. Namun kabar dari NATO menyatakan serangan ini bukan hanya terfokus kepada ISIS, namun juga kepada musuh – musuh Assad. Ada juga pasukan “relawan” Russia yang ikut berperang, sama seperti kondisi di Ukraina.
Kondisi mulai memanas ketika jet Russia masuk ke wilayah Turki dan berhasil dijatuhkan. Aksi ini dinyatakan Presiden Russia Vladimir Putin sebagai pengkhianatan dan “Tusukan dari belakang”. Kondisi semakin parah ketika kapal perang Russia dan Turki hampir bertabrakan dan adanya laporan bahwa pelaut Russia mengarahkan RPG ke Istanbul.
Saat ini, Russia sedang modernisasi militer mereka. Bahkan Putin menyampaikan kepada militer Russia agar bersiap untuk perang nuklir. Namun apakah dunia akan dihantam perang lagi? Nyatanya, militer Russia masih belum pada posisi yang bagus untuk melakukan perang dengan Turki dan seluruh anggota NATO. Namun bagaimana peperangan antara Russia dan Turki sendiri?
Turki yang saat ini merupakan anggota NATO, maka NATO akan mendukungnya jika Turki berperang. Namun aksi Turki sendiri di kritisi oleh NATO yang menyatakan Turki terlalu agressif dan hanya mementingkan diri sendiri. Bahkan ada argument untuk mengeluarkan Turki dari NATO. Karena NATO sendiri tidak mau berkonflik dengan Russia yang pada akhirnya bisa berujung perang nuklir.
Jika Turki pada akhirnya dikeluarkan dari NATO, Turki menghadapi pilihan yang sulit. Memberikan reparasi kepada Russia atau perang dengan Russia. Meskipun Turki, layaknya negara anggota NATO lain, mempunyai militer yang cukup bagus dan modern, semua itu masih tetap akan kalah dibandingkan kapabilitas militer Russia. Meskipun kecil kemungkinan Russia akan kalah, jika itu terjadi, Russia masih mempunyai senjata nuklir.
Namun apakah Russia & Turki memang akan berperang? Kedua pemimpin negara tersebut orang yang agressif. Kedua – duanya ingin mengembalikan kejayaan negara mereka seperti layaknya di masa lalu, Uni Soviet dan Kesultanan Usmani. Namun, perang hanya akan melemahkan kedua negara tersebut, siapapun pemenangnya. Maka untuk sekarang, kemungkinan perang itu kecil, kecuali ada kejadian lain yang terjadi yang mempunyai efek lebih besar dari jatuhnya jet Russia.


Sumber

Russian Civil-Military Relations - Robert Brannon
Terrorism, Inc :The Financing of Terrorism, Insurgency, and Irregular Warfare – Colin P. Clarke

Tidak ada komentar:

Posting Komentar